Terbentuk 22 Tahun Lalu, Forum G20 Pernah Berhasil Atasi Krisis Keuangan Global

- 8 Desember 2021, 08:00 WIB
Presidensi G20 tahun 2022 di Indonesia mengusung tema Recover Together, Recover Stronger
Presidensi G20 tahun 2022 di Indonesia mengusung tema Recover Together, Recover Stronger /kemenkeu.go.id

 

POSJAKUT -- Indonesia bersiap menyambut Presidensi G20 tahun 2022 yang digadang-gadang akan memberikan manfaat bagi negara. Salah satunya menarik investasi dan pengakuan global atas kekuatan yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi krisis. 

Indonesia memegang Presidensi G20. Kenapa ada presidensi? Perlu diketahui, berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap.

Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang berganti setiap tahun. Sebagaimana ditetapkan pada Riyadh Summit 2020, Indonesia akan memegang presidensi G20 pada 2022, dengan serah terima yang dilakukan pada akhir KTT Roma (30-31 Oktober 2021). Tema Presidensi G20 Indonesia 2022 adalah "Recover Together, Recover Stronger".

Baca Juga: Pasca Erupsi, Badan Geologi Perbarui Peta KRB dan Siapkan Teknologi Hitung Volume Material Puncak Semeru

Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.Sebenarnya apa itu G20? Apa saja yang dibahas dan siapa saja yang terlibat?

Dikutip POSJAKUT dari laman resmi Bank Indonesia, bi.go.id, G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.

Hingga hari ini, anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Baca Juga: Tim SAR Gabungan Prioritaskan Pencarian 22 Korban Hilang Pasca Erupsi Gunung Semeru

Perlu diketahui, forum besar ini berdiri tahun 1999 atas inisiasi anggota G7 (AS, Jepang, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, dan Kanada) yang kemudian merangkul negara maju lainnya dan negara berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin.

Tujuan G20 sebenarnya mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan.

Sejak saat itu pula G20 memiliki roundown pembahasan terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur Sherpa (Sherpa Track).

Baca Juga: JADWAL SHOLAT Khusus Untuk Wilayah :Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi

Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit). 

Dan ternyata dalam forum G20 itu dibagi dari berbagai model jenis pertemuan atau pembahasan. Untuk segmen awal ada Kelompok Kerja/Working Groups yang beranggotakan para ahli dari negara G20.

Working Groups ini menangani isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas, yang kemudian dimasukkan ke dalam segmen kementerian dan akhirnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).

Kemudian ada Ministerial & Deputies Meetings/Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi yang diadakan di masing-masing area fokus utama forum.

Baca Juga: Pemprov DKI Berencana Merelokasi Pemukiman Warga Rawan Rob ke Rusun Terdekat

Pada Finance Track, Ministerial Meetings dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG).  Sementara pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCBD).

Nah, terakhir ada KTT Summit yang merupakan klimaks dari proses pertemuan G20 menjadi rapat tingkat kepala negara/pemerintahan.

Lalu sebenarnya apa sih peran nyata yang pernah dibuat G20? Masih menurut catatan bi.go.id,  salah satu kesuksesan G20 terbesar adalah dukungannya dalam mengatasi krisis keuangan global 2008.

G20 telah turut mengubah wajah tata kelola keuangan global, dengan menginisiasi paket stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi, dalam skala sangat besar.

Baca Juga: DPR Setujui RUU HKPD yang Dinilai Mengandung Keadilan dan Memperbaiki Keuangan Negara

G20 juga mendorong peningkatan kapasitas pinjaman IMF, serta berbagai development banks utama. G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa reformasi penting di bidang finansial.

Ada lagi yang membuat G30 menjadi forum penting bagi dunia yakni G20 telah memacu Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) untuk mendorong pertukaran informasi terkait pajak.

Pada 2012, G20 menghasilkan cikal bakal Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) keluaran OECD, yang kemudian difinalisasikan pada 2015. Melalui BEPS, saat ini 139 negara dan jurisdiksi bekerja sama untuk mengakhiri penghindaran pajak.

Sedangkan aksi nyata terkini G20 yakni kontribusinya dalam penanganan pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Inisiatif G20 dalam penanganan pandemi mencakup penangguhan pembayaran utang luar negeri negara berpenghasilan rendah, injeksi penanganan Covid-19 sebanyak US$5 triliun USD (berdasarkan Deklarasi Riyadh).

Selain itu ada kebijakan G20 untuk menurunkan atau menghapus bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.

G20 berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-prinsip kolektif terkait investasi internasional. G20 juga mendukung gerakan politis yang kemudian berujung pada Paris Agreement on Climate Change di 2015, dan The 2030 Agenda for Sustainable Development.***

 

Editor: Fenty Ruchyat


Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah