Isu Resesi Indonesia 2023, Ancam Krisis Ekonomi bagi Industri dan Individu

11 November 2022, 21:36 WIB
Isu Resesi Indonesia 2023, Ancam Krisis Ekonomi bagi Industri dan Individu. Suasana saat diskusi berlangsung. /Nur Aliem Halvaima /Foto : Univ Paramadina/Posjakut

POSJAKUT - Isu Resesi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023, seolah menjadi momok ancaman baik dalam Industri dan Individu.

Di tengah pemulihan perekonomian dunia pasca pandemi, Indonesia kembali dihadapi isu krisis keuangan.

Menurut Ikhsan, mesin perekonomian dunia yang selama ini digerakan oleh Amerika Serikat, China dan Eropa mengalami kendala.

Hal ini disampaikan oleh Muhamad Ikhsan, Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Paramadina, Senior Researcher PPPI, Kamis 10 November 2022.

Ikhsan hadir sebagai narasumber pada acara Paramadina Democracy Forum (PDF) Sesi 5 dengan tema "Resesi Ekonomi Indonesia Tahun 2023: Fakta dan Tantangan" digelar Paramadina Public Policy Institute (PPPI).

Acara tersebut juga diisi oleh Ariyo D.P. Irhamna Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Paramadina dan dimoderatori oleh Adrian A Wijanarko selaku Director of Research PPPI. 

“Permasalahan inflasi di Amerika Serikat, isu iklim di China dan perang Rusia dan Ukraina di Eropa menjadi permasalahan yang terjadi saat ini,” ujar Ikhsan.

Selain itu permasalahan juga timbul akibat persaingan Amerika Serikat - Tiongkok di Kawasan Asia Timur dan pemulihan dunia pasca pandemi Covid-19.

“Pandemi berdampak pada pelaku usaha dan rumah tangga. Pelaku usaha tidak bisa bekerja karena lockdown dan akhirnya terpaksa melakukan PHK," katanya.

Akibatnya masyarakat kehilangan pekerjaan dan berdampak pada daya beli turun pada akhirnya meningkatkan angka kemiskinan.

Pada akhirnya seluruh negara memberikan bantuan kepada masyarakatnya untuk menjaga daya beli.

"Akibatnya terlalu banyak perputaran uang di lapangan dan terjadi inflasi” jelas Ariyo. Inflasi ini menurut Ariyo merupakan “bom waktu” yang pasti akan terjadi selama pandemi.

Kenaikan inflasi ini ditandai dengan kenaikan global inflation pada tahun 2021 sebesar 4,7% menjadi 7,5% pada tahun 2022.

Menurut Ariyo situasi di Ukraina juga mempercepat “Bom Waktu” tersebut. Pasokan gas yang terganggu menyebabkan inflasi semakin tidak terkendali.

Padahal gas tidak hanya untuk sebagai energi saja tapi juga sebagai bahan baku pupuk untuk pangan.

Namun dari keadaan global tidak mempengaruhi gejolak perekonomian di dalam negeri. Melihat neraca dagang Indonesia dengan negara lain, Indonesia tidak akan terkena dampak signifikan terhadap keadaan global tersebut.***

Editor: Nur Aliem Halvaima

Tags

Terkini

Terpopuler