Teknologi Cryonics: Harapan Manusia untuk Dapat Hidup Kembali Setelah Dibekukan

30 Januari 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi Teknologi Cryonics /

POSJAKUT - Alcor Life Extension Foundation (Alcor), organisasi sains dan teknologi yang berencana untuk menguji  manusia yang telah mati dapat dihidupkan kembali melalui mesin cryonics atau inkubasi pembekuan.

Dilansir dari CNET, Linda dan Fred Chamberlain mendirikan Alcor pada tahun 1972 setelah konferensi cryonics pada awal tahun 1970.

“Tujuan kami adalah untuk memulai sebuah organisasi yang dapat menyelamatkan nyawa orang dan memberi mereka kesempatan untuk dipulihkan kesehatan dan fungsi organnya,” kata Linda Chamberlain.

“Jika kami tahu betapa sulitnya itu, kami mungkin tidak akan mencoba melakukannya. Tetapi begitu Anda memulai, sesuatu tentang menyelamatkan nyawa, Anda tidak boleh menyerah.”

Baca Juga: Fuzhou di Cina Menjadi Kota Pertama Bebas Biaya Gas untuk Blockchain Ethereum

Bertekad untuk memberikan kesempatan hidup kedua, Alcor saat ini menampung 200 mayat di laboratorium. Mayat dibekukan seharga $220.000 dan kepala serta otak seharga Rp 1.150 miliar. Pasien yang masuk akan diinkubasi dan disimpan di dalam es.

Sebuah penumbuk mekanik akan menjaga aliran darah tetap stabil agar membuat tubuh pasien lebih siap untuk menghindari kerusakan sel asing. Pasien kemudian akan masuk ke ruang operasi dan akan diisi dengan cryoprotektan.

Di sini tubuh akan didinginkan selama berjam-jam. Setelah memastikan air dan es tidak lagi tertinggal di otak, suhu tubuh pasien akan diturunkan ke -196 C. Pasien akan tinggal di ruang perawatan jangka panjang selama beberapa dekade atau bahkan abad.

Baca Juga: Teleskop Astronomi Menangkap Gambar Paling Jelas Pusat Galaksi Bima Sakti

Melansir The U.S. Sun, bayi bernama Matheryn Naovaratpong, yang dijuluki Einz, adalah pasien yang saat ini diinkubasi oleh Alcor. Ia meninggal karena kanker otak pada tahun 2015. Orang tuanya, Nareerat dan Sahatorn, membuat keputusan yang tidak konvensional untuk melestarikan otak putri mereka setelah 10 operasi, 12 sesi kemoterapi, dan 20 terapi radiasi, yang gagal membasmi kanker.

Putus asa untuk memberi anak mereka kesempatan hidup, Sahatorn mendukung ide cryonics sebagai satu-satunya harapan. Ia bersama istrinya setuju untuk memamasukkan anaknya dalam mesin cryonics.

“Ini adalah cara untuk menjaganya… kita harus menjaganya,” kata Sahatorn dalam film dokumenter Netflix 'Hope Frozen: A Quest To Live Twice'.

Masa depan Einz akan berada di tangan evolusi teknologi dan pemahaman sains yang berkembang.***

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: CNET Netflix The US - Sun Afrotech

Tags

Terkini

Terpopuler