TAUSYIAH : Kisah Juraij dan Doa Jelek Orangtua (3)

- 26 Juni 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi orang tua dan anak. (Foto oleh Pixabay)
Ilustrasi orang tua dan anak. (Foto oleh Pixabay) /Nur Aliem Halvaima /

TAUSYIAH : Kisah Juraij dan Doa Jelek Orangtua (3)

POSJAKUT - Juraij lalu bertanya, "Di mana bayi itu?" Orang-orang lalu menjawab, "(Itu) di pangkuan (ibu)nya." 

Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, "Siapa ayahmu?" Bayi itu menjawab, "Ayahku si penggembala sapi."

Kontan sang raja berkata, "Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?" 

Juraij menjawab, "Tidak perlu". "Ataukah dari perak?" lanjut sang raja. "Jangan", jawab Juraij. "Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?", tanya sang raja. 

Baca Juga: TAUSIYAH : Bahaya Durhaka kepada Orang Tua

Juraij menjawab, "Bangunlah seperti sedia kala." Raja lalu bertanya, "Mengapa engkau tersenyum?" 

Juraij menjawab, "(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do'a ibuku terhadap diriku." 

Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”

(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab Al Anbiyaa, 48-Bab "Wadzkur fil kitabi Maryam". Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 7-8]

Baca Juga: TAUSYIAH : Kisah Juraij dan Doa Jelek Orangtua (1)

Pelajaran dari Kisah Juraij:

Hadits ini menunjukkan keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah. Seandainya Juraij seorang alim (yang berilmu), maka tentu ia akan lebih memilih untuk menjawab panggilan ibunya dibanding melanjutkan shalat. 

Seorang anak harus berhati-hati dengan kemarahan orang tuanya. Karena jika ia sampai membuat orang tua marah dan orang tua mendoakan jelek, maka itu adalah do'a yang mudah diijabahi. Lihat kisah Juraij di atas, ia tahu akan hal itu, sehingga membuatnya tersenyum.

Baca Juga: TAUSYIAH : Kisah Juraij dan Doa Jelek Orangtua (2)

Bukti do'a jelek dari ibu terkabul karena Juraij akhirnya dipertontonkan di hadapan wanita pelacur sebagaimana do'a ibunya. (bersambung).***

WaLLAAHUa'lam.

(diolah dari TAUSYIAH Dra. Hj. Fatamorgana Djufrie Tambora, dosen Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar Sulawesi Selatan).

Editor: Nur Aliem Halvaima


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah