Menteri BUMN Ajak Milenial Melek Literasi, 'Sampai Hari Ini Saya Masih Koleksi Buku-Buku Tua'

- 10 Desember 2021, 08:52 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir berfoto bersama usai diskusi bahas literasi di rangkaian even Sarinah Jakarta Content Week Festival 2021.
Menteri BUMN Erick Thohir berfoto bersama usai diskusi bahas literasi di rangkaian even Sarinah Jakarta Content Week Festival 2021. /Sarinah Jaktent 2021

 

POSJAKUT -- Ada yang menarik dari diskusi
"On Literacy: Turning the Wheel of Wealth”, Rabu, 8 Desember 2021. Diskusi ini mengisi even Sarinah Jakarta Content Week Festival 2021 atau Sarinah Jaktent 2021.

Menarik karena Menteri BUMN Erick Thohir bersanding dengan generasi muda digital native membahas isu literasi. Dua generasi berbeda dengan sudut pandang yang juga berbeda.

Dalam diskusi hasil kolaborasi dengan JCCN (Jakarta Creative City Forum) dan ICCN (Indonesia Creative City Network), ini Menteri BUMN mengajak milenial untuk melek literasi. 

Baca juga: Atta Halilintar Kasih Bocoran Para Santri Bagaimana Bikin Konten Kreatif yang Menarik, Dicoba Saja Yuk

Bagaimana pun dunia literasi selalu menarik untuk dikupas. Beragam isu yang menyertainya pun tak luput menjadi bahasan hangat di masyarakat. Bahkan, seringkali dijadikan tolak ukur perkembangan bangsa kita.

Perkembangan dunia literasi di tengah digitalisasi menjadi ranah yang menarik untuk dibahas.

Dalam sesi diskusi dimoderatori Laura Prinsloo (Focal Point, Jakarta UNESCO City of Literature dan Ketua YTPI), itu menghadirkan narasumber Rintik Sedu, seorang penulis, juga kreator konten.

Baca juga: Green Leadership Indonesia: Milenial Kedepankan Inovasi dan Kreativitas dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Dalam diskusi ini membahas beragam tantangan dan kesempatan yang tersaji di dunia literasi kita. Mulai dari elemen produksi, medium, distribusi, sampai minat baca masyarakat.

Di saat yang bersamaan, Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia baru saja dinobatkan sebagai salah satu UNESCO City of Literature dan masuk ke dalam jaringan kota kreatif dunia.

Dalam diskusi ini, dibahas juga tentang banyaknya elemen yang membangun dunia literasi Indonesia. Beberapa elemen tersebut sampai saat ini masih belum bekerja secara maksimal.

Baca juga: Pesan Menparekraf kepada Peserta Santri Digitalpreneur: Ciptakan Lapangan Pekerjaan, Bukan Cari Kerja

Sarinah Jakarta Content Week Festival 2021

Karena itu, dibutuhkan semacam role model atau prototype yang mampu menginspirasi, menggerakkan, atau bahkan mengorganisir para stakeholder literasi dan masyarakat luas.

Menteri BUMN dihadirkan mengingat Kementerian BUMN membawahi 171 badan usaha negara. Kementerian ini menjadi salah satu stakeholder yang punya daya besar untuk menggerakkan dunia literasi di Indonesia.

Salah satu contohnya, PT Pos. BUMN ini pernah mampu membuat program literasi yang masif dan berdampak luar biasa dalam membuka akses literasi bagi masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.

“Penting untuk BUMN membuka dan mendekatkan diri pada masyarakat, melakukan hal-hal yang menyentuh langsung pada kehidupan masyarakat, yang bersifat masif serta berdampak luar biasa," kata Erick Thohir.

Menurutnya, kegiatan literasi adalah dasar untuk mencetak masyarakat berkualitas yang dapat membangun bangsa. Literasi adalah energi pengikat dari seluruh aktivitas para pelaku kreatif lintas subsector.

“Sampai hari ini saya masih mengoleksi buku-buku tua, karena menurut saya itu adalah bagian dari kekuatan daripada manusia, bagaimana itu menjadi nilai yang sangat berharga," ungkapnya.

Berdampingan dengan Erick Thohir, hadir Nadhifa Allya Tsana atau kerap kali dikenal dengan Rintik Sedu. Penulis muda inspiratif yang mampu mengajak masyarakat untuk mencintai buku dan pengetahuan.

Melalui berbagai platform digital yang diciptakan Rintik Sedu, mulai dari blog, Twitter, Wattpad, bahkan podcast, ia memberi pengaruh besar bagi generasi muda hari ini. 

“Pemanfaatan platform digital dalam literasi bisa membawa orang ke manapun tanpa harus benar-benar menghadiri tempat tersebut," tuturnya.

Literasi dan buku tidak harus selalu diajses secara fisik, bisa dengan media apa pun dan pendekatan apa pun. Selama itu dibicarakan, buku tidak pernah akan mati.

Hadir pula Laura Bangun Prinsloo, Ketua Harian Jakarta Kota Buku, sebuah komite yang dibentuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Menurutnya, kehadiran Erick Thohir dan Rintik Sedu di diskusi ini diharapkan bisa menjawab tantangan-tantangan dalam dunia literasi dan pemanfaatan yang tepat terhadap dunia digital.

Anak muda Indonesia harus benar-benar bangkit dan melakukan perubahan dengan aktivasi dunia digital yang mempermudah.

Dukungan dari stakeholder dan pemerintah pun harus diupayakan dengan semaksimal mungkin, untuk tercapainya pemerataan dan pemberdayaan literasi yang lebih luas lagi.

Jakarta Kota Buku sendiri selalu menjalankan program-program literasi. Keberhasilan dari adanya program tersebut salah satunya berhasil mengantarkan Indonesia meraih UNESCO City of Literature 2021.

Fetty Kwartati, CEO & Direktur Retail PT Sarinah (Persero), menyampaikan, diskusi ini menjadi bagian dari dukungan Sarinah sebagai community mall.

"Menjadi ruang kreasi, pertemuan, dan jejaring para insan kreatif, terutama di bidang literasi," katanya.

Ia pun berharap, teman-teman di industri kreatif dan konten kreator seperti Rintik Sedu, bisa memanfaatkan Sarinah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Terutama dengan pemerintah, dalam hal ini BUMN. 

Sarinah Jaktent sendiri diadakan secara  luring di Gedung Sarinah pada 1-12 Desember 2021. Even ini diinisiasi oleh Yayasan 17000 Pulau Imaji (YTPI) dan Frankfurt Book Fair.

Acara ini mendapat dukungan dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Sarinah (Persero), Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, serta Gramedia Pustaka Utama.


 

Editor: Tety Polmasari


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x