Kekhawatiran Resesi Global Meningkat, Harga Minyak Dunia Turun Sekitar 2 Persen

- 4 November 2022, 08:05 WIB
Kekhawatiran akan resesi global meningkat, harga minyak dunia turun sekitar 2 persen. Foto: Illustrasi kilang minyak sedang beroperasi.
Kekhawatiran akan resesi global meningkat, harga minyak dunia turun sekitar 2 persen. Foto: Illustrasi kilang minyak sedang beroperasi. /Antara /


POSJAKUT - Kekhawatiran resesi global meningkat, menyebabkan harga minyak dunia turun sekitar dua  persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).

Pengetatan kebijakan agresif oleh Federal Reserve AS (The Fed) mengangkat dolar lebih kuat, telah meningkatkan kekhawatiran resesi global yang akan menghambat permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember kehilangan 1,83 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap di 88,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari jatuh 1,49 dolar AS atau hampir 1,6 persen, menjadi ditutup di 94,67 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

-Baca Juga: Rudal Balistik Korut Lintasi Jepang, Warga Miyagi, Yamaguta dan Niigata Diminta Cari Perlindungan

Mengutip Antara, Bank sentral AS pada Rabu (2/11/2022) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin untuk pertemuan keempat berturut-turut, mengingat inflasi masih berjalan pada level tertinggi selama beberapa dekade. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan "sangat prematur" untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.

Itu mengirim dolar lebih tinggi pada Kamis (3/11/2022), dengan Powell menunjukkan bahwa suku bunga AS kemungkinan akan mencapai puncaknya di atas ekspektasi investor saat ini.

Pedagang menjadi takut bahwa kampanye kenaikan suku bunga Fed yang agresif akan mendorong ekonomi ke dalam resesi, sehingga merugikan permintaan energi.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melonjak 1,4 persen menjadi 112,9260 pada akhir perdagangan Kamis (3/11/2022), didorong oleh sikap hawkish Fed. Harga minyak biasanya berbanding terbalik dengan harga dolar AS.

-Baca Juga: Covid -19 di China Tinggi, 888 Penerbangan Ditunda, Ini Penjelasannya

"Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya pendorong bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Namun demikian, penurunan harga minyak lebih lanjut dibatasi oleh kekhawatiran atas pasokan yang ketat. Embargo Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia atas invasinya ke Ukraina akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Produksi yang lebih rendah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memberikan dukungan harga.

-Baca Juga: Menhan Prabowo Subianto Minta Warga Indonesia Waspaai Dampak Peluncuran Rudal Balistik Korut

OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, memutuskan pada awal Oktober untuk memangkas produksi yang ditargetkan sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan ini. ***

Editor: Ramli Amin

Sumber: Antara


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x