Dia berharap diskusi ini akan menginspirasi institusi pendidikan untuk memulai kolaborasi dengan sistem pendidikan internasional dan lokal, yang memainkan peran integral dalam membentuk tenaga kerja masa depan.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menjelaskan, kegiatan ini mengusung tema Pulih dari Pandemi: Merancang Pendidikan Pasca Pandemi di Dunia yang Menyatu dengan Tekhnologi Digital.
Baca Juga: Anies Sebut Indonesia Itu Tanah Peluang Luar Biasa, Kaum Milenial Diajak untuk Terus Berkarya
Tema Recovering from the Pandemic: Designing Post Pandemic Education in Digitally Infused World sengaja dipilih karena para pendidik sangat menyadari dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia pendidikan.
Kegiatan ini, lanjut Unifah, diikuti sekitar 300 guru dari Korea Selatan dan negara-negara ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Filiphina, Vietnam dan Brunei Darussalam) serta 300 guru dari Indonesia.
Indonesia kata Unifah seharusnya menjadi tuan rumah ACT+1 Convention ke-36 pada 2020. Namun karena merebaknya pandemi Covid-19, baru bisa diselenggarakan tahun ini.
Baca Juga: Gubernur Jakarta Anies Baswedan Sudah Masuk Radar PKS untuk Capres 2024
Seperti diketahui, ASEAN+1 Council of Teachers (ACT) merupakan perkumpulan organisasi guru di kawasan Asia Tenggara yang pembentukannya diprakarsai Indonesia pada 1978.
Pertemuan ACT ini diselenggarakan setiap tahun dengan tuan rumah bergiliran di antara para anggotanya untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman soal penyelenggaraan pendidikan. Pada 2012 organisasi guru Korea Selatan bergabung, sehingga perkumpulan ini bernama ACT+1.
Sebagai salah satu organisasi profesi guru di Asia dan Dunia, ACT+1 berusaha memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas guru dan pendidikan, baik dalam level nasional maupun internasional
Artikel Rekomendasi