Sabtu 29 Oktober 2022 Banyuwangi Gelar Tari Kolosal Gandrung Sewu di Pantai Boom

- 28 Oktober 2022, 10:05 WIB
Pagelaran langsung Gandrung Sewu kali ini mengusung tema "Sumunare Tlatah Blambangan" atau Kilau Bumi Blambangan
Pagelaran langsung Gandrung Sewu kali ini mengusung tema "Sumunare Tlatah Blambangan" atau Kilau Bumi Blambangan /DISBUDPAR KAB BANYUWANGI

 

POSJAKUT – Akhir pekan Sabtu 29 Oktober 2022 esok masyarakat Indonesia kembali dapat menyaksikan tari kolosal Gandrung Sewu di acara Banyuwangi Festifal (B-Fest) yang akan digelar  di Pantai Boom.

Lokasi Pantai Boom sendiri berada di bagian timur Kota Banyuwangi. Rute dapat ditempuh  dari Simpang Lima Banyuwangi menuju  Jalan Dr Sutomo sampai menemukan Taman Blambangan. 

Tak jaun dari pertigaan, belok ke kiri memasuki Jalan R.A. Kartini dan lanjutkan menuju Jalan Nusantara hingga ke Jalan Ikan Cucut. Tak jauh dari Jalan Ikan Cucut ada bertulisan Pantai Boom, belok ke kiri dan ikuti jalan saja, Pantai Boom ada di sebelah kanan jalan.

Baca Juga: Paus Sperma yang Terdampar dan Mati di Banyuwangi Segera Diotopsi 

“Pagelaran kolosal Gandrung Sewu ini sudah digelar sejak 2012 lalu untuk mendatangkan orang sekaligus menggerakkan pariwisata Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas Jumat 28 Oktober 2022. 

Saat ini kata istri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Briokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas  itu seribu penari terus berlatih untuk menyukseskan agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) tersebut.

Pada 2020 lalu Gandrung Sewu sempat digelar namun konsepnya dilakukan secara virtual di berbagai tempat. Tidak hanya di Banyuwangi, tapi juga di sejumlah kota di Indonesia dan dunia yang terdapat Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi).

Baca Juga: INFO MUDIK: Perantau Madura Naik Kapal Laut Mudik Melalui Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi Jatim

Pada tahun ini, Gandrung Sewu yang mengusung tema "Sumunare Tlatah Blambangan" atau Kilau Bumi Blambangan digelar secara langsung di Pantai Boom Banyuwangi.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi M.Y. Bramuda mengatakan tema ini diambil sebagai spirit Banyuwangi bangkit seusai menghadapi pandemi. 

Ini sesuai dengan tagline yang dicetuskan oleh Bupati Banyuwangi, yakni Banyuwangi Rebound.

Baca Juga: PRMN dan Promedia Bantu Bangkitkan UMKM di Banyuwangi, Bupati Ipuk Fiestiandani Apresiasi

Inspirasi tersebut berangkat dari kisah Banyuwangi semasa masih menjadi kawasan Kerajaan Blambangan. Kala itu, kerajaan dilanda wabah. Bahkan, sang putri raja bernama Dewi Sekardadu, terjangkit.

Tak seorangpun mampu menyembuhkan hingga datang seorang ulama bernama Syekh Maulana Ishak ke Blambangan.

Kedatangan Syekh Maulana Ishak berhasil menyembuhkan wabah di Blambangan. Dan inilah fragmen utama dalam Gandrung Sewu kali ini,.

Baca Juga: Mendagri Tito: Daerah Lain Bisa Tiru Banyuwangi Soal Inovasi Pelayanan Publik 

Bramuda menyebutkan event kali ini mendapat respons luar biasa dari kalangan pelajar di Banyuwangi. Hampir 3.000 pelajar dari tingkat SD dan SMP turut ikut seleksi dan tersaring 1.248 peserta. 

Tidak hanya dari sekolah umum, ada juga dari madrasah dan sekolah berbasis pesantren yang turut seleksi, karena  mengikuti event sebesar Gandrung Sewu memang memberikan kebanggaan sendiri bagi pesertanya. 

Seperti diketahui, gandrung dalam bahasa jawa beraarti kesengsem. Kata gandrung sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti kasmaran atau jatuh cinta, sangat rindu atau tergila-gila karena cinta.

Baca Juga: Gempa Bumi Landa Jember Jatim, Terasa Sampai ke Banyuwangi dan Bali, Tak Ada Ancaman Tsunami

Di Banyuwangi, gandrung diimpleimentasikan dalam sebuah  tarian –Tarian Gandrung sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setelah panen. Gandung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.

Tari Gandrung adalah tarian tradisional khas Banyuwangi, Jawa Timur, yang sudah dipentaskan sejak ratusan tahun yang lalu. Tari Gandrung berasal dari kebudayaan Suku Osing.

Ciri khas tari gandrung  mereka menari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki – laki itu tandanya laki-laki tersebut diajak menari, mirip seperti Bumbung di Bali. ***

 

 

Editor: Maghfur Ghazali

Sumber: Disbudpar Kab Banyuwangi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x