Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini: Indonesia Seolah Telah Menjadi Subordinasi China

- 7 Desember 2021, 06:26 WIB
Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini
Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini /Nur Aliem Halvaima/PR Depok/YouTube Mata Najwa

POSJAKUT - Semenjak ditanda tanganinya CAFTA, maka fenomena baru ekonomi Indonesia dibanjiri produk China secara masif tanpa proteksi memadai.

Demikian Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini pada diskusi publik Paramadina Public Policy Institute (PPPI) secara daring.

Diskusi bertema “Dampak Investasi China untuk Indonesia: Produktif atau Korosif?”, Senin 6 Desember 2021, Didik mengungkapkan bahwa dibanding dengan China, hubungan ekonomi Indonesia dengan Jepang sangat berbeda.

Baca Juga: Bagaimana Kehidupan Masyarakat Pasca Pandemi? Diseminarkan di Universitas Paramadina

“Memang lebih rumit karena mereka teliti sehingga negosiasi investasi dan kerjasama lebih lama, tetapi setelah berjalan menjadi mudah dan lancar. Dengan China kerjasama ekonomi bisa terjadi dengan mudah, tetapi ketika berjalan banyak masalah dan bahkan sulit untuk keluar,” katanya.

Didik menyatakan bahwa hasil hubungan ekonomi Indonesia dan Cina adalah perdagangan dengan defisit besar dan perekonomian Indonesia begitu berat.

Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Kalau Istri Pintar Masak dan Wanita yang Tidak Boleh Dinikahi

“Hubungan perekonomian yang terjadi berhubungan dengan ekonomi-politik yang mempunyai dampak menggerus politik bebas aktif Indonesia. Bahkan Indonesia seolah telah menjadi subordinasi China. Kapal China yang masuk perairan Indonesia dihalau dengan sekenanya saja,” kata Didik.

Masih menurut Didik, bahwa kecenderungan politik ekonomi yang miring ke China menjadi pertanyaan besar. 

Halaman:

Editor: Nur Aliem Halvaima


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x