Diperlukan Prinsip Kehati-hatian Pengelola, Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Cenderung Mengalami Penurunan

15 Juli 2022, 14:50 WIB
Penurunan posisi utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun swasta disebabkan terjdadinya kontraksi 2,6 persen (yoy) /foto ant

POSJAKUT – Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengungkapkan posisi utang luar negeri Indonesia pada Mei 2022 sebesar 406,3 miliar dolar AS.

Jumlah ini kata Erwin mengalami penurunan dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 410,1 miliar dolar AS.

Erwin menjelaskan, penurunan posisi utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta disebabkan terjdadinya kontraksi 2,6 persen (yoy), atau lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 2,0 persen (yoy).

Baca Juga: Penyaluran Kredit Tumbuh 11 Persen, BI Catat Uang Beredar Rp7 Ribu Triliun Lebih Pada November 2021 

“Utang luar negeri pemerintah pada Mei 2022 sebesar 188,2 miliar dolar AS menurun dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 190,5 miliar dolar AS, “ kata Erwin Haryono Jumat 15 Juli 2022..

Secara tahunan, jelas Kepala Depatemen Komunikasi BI ini utang luar negeri pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 7,3 persen (yoy).

Dia mengatakan, tren penurunan utang terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan Mei 2022 dan pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden.

Baca Juga: Sudah Rangkul 13,4 Juta Merchant Seluruh Indonesia, BI Ingin Seluruh UMKM Go Digital Salah Satunya Lewat QRIS

Kendati ada tren penurunan utang luar negeri, namun Erwin juga menjelaskan pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pinjaman bilateral dari beberapa lembaga partner yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek prioritas.

Penarikan utang luar negeri dalam periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan terus mendorong akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). 

Dukungan utang luar negeri Pemerintah ini untuk memenuhi kebutuhan belanja prioritas hingga bulan Mei 2022 antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mencakup 24,5 persen dari total dan sektor jasa pendidikan 16,5 persen.

Baca Juga: Diinisisi Kantor Perwakilan BI, JaKreatFest 2022 , Wagub: Harus Jadi Mementum Memajukan UMKM 

Selain itu, utang untuk prioritas sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 15,1 persen, sektor konstruksi 14,3 persen serta sektor jasa keuangan dan asuransi 11,8 persen.

Menurut Erwin, posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan utang dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8 persen dari total.

Dikatakan, utang luar negeri swasta pada Mei 2022 yang tercatat 209,4 miliar dolar AS, mengalami penurunan dari posisi April 2022 sebesar 210,9 miliar dolar AS.

Baca Juga: BI dan OJK Sepakat Larang Lembaga Keuangan Gunakan Uang Kripto Untuk Alat Pembayaran

Secara tahunan, menurut dia, utang luar negeri swasta terkontraksi 0,7 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. 

Penurunan tersebut dikontribusikan oleh utang perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 0,8 persen (yoy).

"Perkembangan ini terutama berasal dari pembayaran pinjaman dan surat utang yang jatuh tempo," kata Erwin.

Di sisi lain, utang luar negeri lembaga keuangan (financial corporations) tumbuh sebesar 0,3 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen (yoy).

Baca Juga: BMKG Memperkirakan Hujan Ringan Membasahi Seluruh Wilayah Jakarta Hari Ini

Berdasarkan sektor, utang luar negeri swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor pertambangan dan penggalian,industri pengolahan, dengan pangsa 77,3 persen dari total.

"Utang luar negeri tersebut tetap didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,4 persen terhadap total utang luar negeri swasta," kata Erwin.

Secara keseluruhan, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat dan terkendali dengan rasio mencapai 32,3 persen terhadap PDB atau menurun dibandingkan posisi April 2022 sebesar 32,6 persen. 

Untuk menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat, BI dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang luar negeri, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan. ***

Editor: Maghfur Ghazali

Sumber: Antara/BI

Tags

Terkini

Terpopuler