Untuk Menjaga Stabilitas Harga, Bulog Desak Pemerintah Menata Ulang Semua Tataniaga Pangan

28 Desember 2021, 17:15 WIB
Peternak ayam petelur, Abah Een Supendi, warga Dusun Pananjung Timur, RT 26/ 06, Desa Sinartanjung, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, saat di kandang ayam miliknya, Minggu 26 September 2021. /kabar-priangan.com/ D. Iwan/

POSJAKUT – Direktur Utama Perum BULOG  Budi Waseso medesak pemerintah menata ulang kembali semua tata niaga terkait pangan, hingga terjadi stabilitas harga karena dikelola oleh pemerintah.

Dikatakan, sesuai Perpres Nomor 66 Tahun 2021 ada sembilan jenis pangan yang disusun Badan Pangan Nasional (BPN) dan penugasannya diberikan kepada Perum BULOG. 

“Kesembilan penugasan tadi yaitu beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai,” kata Budi Waseso alias Buwas saat memberikan keterangan terkait penyerapan beras 1,2 juta ton di kantornya Selasa 28 Desember 2021.

Baca Juga: Menteri LHK Bilang 75 Persen dari Dua Ribu Lebih Perusahaan Taat Aturan Lingkungan Hidup

Sebetulnya, kata mantan Kabareskrim Polri itu, kalua pemerintah mau menata ulang tataniaga jagung, tentu harga telur ayam tidak akan melonjak seperti sekarang. Bisa dibayangkan jika hal ini berlangsung hingga menjelang lebaran.

“Sekarang ini yang dibutuhkan adalah kemauan politik, dasar hukum perpresnya sudah tersedia yang mau melaksanakan juga ada,” tutur Buwas.

Baca Juga: Pratama Arhan Absen Lawan Thailand di Final Piala AFF 2020. Ini Alasan Shin Tae-yong

Ketergantungan pada importir tertentu terkait pengadaan jagung membuat harga pakan ayam melonjak tinggi. Para peternak ayam mandiri tak mampu lagi membeli pakan ternaknya. Bahkan ada yang menjadikan ayam petelurnya menjadi ayam potong.

Baca Juga: Menteri LHK Bilang 75 Persen dari Dua Ribu Lebih Perusahaan Taat Aturan Lingkungan Hidup

Baca Juga: Mulai 30 Desember Kemenhub Akan Alihkan Perjalanan Angkutan Barang

Kondisi ini, kata Buwas berdampak pada harga telur yang tidak terkendali. “Jadi efek dominonya itu bisa kemana-mana bahkan sampai ke para pengusaha kue dan makanan,” tegas Buwas

Hal yang sama juga terjadi pada kedelai. Pengadaan  kedelai yang dikuasai importir membuat harganya fluktuatif dan membuat pengrajin tahu/ tempe mengeluh. Pasalnya para pengrajin ak bisa serta-merta menaikkan harga jual karena konsemennya akan menolak.

Akhirnya, jelas mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu, para pengrajin tahu/tempe akan mengurangi produksi, hingga keuntungan yang didapat jadi berkurang. Kalau tataniaga dikuasai pemerintah hal seperti itu pasti ini dapat dikendalikan. ***

 

Editor: Maghfur Ghazali

Tags

Terkini

Terpopuler