Mata Uang Ramah Lingkungan, Teknologi Block-Lattice Jadi Masa Depan Cryptocurency?

30 November 2021, 15:55 WIB
/

PosJakut Cryptocurrency atau dikenal sebagai mata uang kripto adalah uang elektronik yang diprogram dengan kriptografi canggih untuk menjamin keamanan transaksi.

Uang kripto memang lebih ramah lingkungan daripada uang kertas yang diolah dari kayu pepohonan.

Akan tetapi mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC) dapat mengancam perubahan iklim ekstrim dikarenakan kegiatan mining atau menambang kripto yang merupakan salah satu metode untuk menghasilkan Bitcoin dalam jumlah besar.

Baca Juga: Tren Mining Kripto Bukan Uang yang Ga Jelas Asal Usulnya, Begini Penjelasan Cara Kerjanya

Dilansir dari Columbia Climate School, Satu studi memperingatkan bahwa Bitcoin dapat mendorong pemanasan global melampaui 2 derajat Celcius.

Yang lain memperkirakan bahwa kegiatan mining bitcoin di China saja dapat menghasilkan 130 juta metrik ton CO2 pada tahun 2024. Namun, dengan lebih banyak mining di AS dan negara lain, jumlah ini dapat tumbuh lebih besar kecuali jika lebih banyak energi terbarukan digunakan.

Pada tahun 2014, Colin LeMahieu, software engineer dan pendiri The Nano Foundation mengembangkan terknologi yang disebut block-lattice architecture. 

Teknologi block-lattice merupakan basis data seperti blockchain. Akan tetapi memiliki mekanisme kerja yang berbeda.

Baca Juga: Dinas Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Bersama IKAPI Gelar Diklat Desain Sampul dan Ilustrasi Buku  

Blockchain membutuhkan mining untuk proses pemasukan data transaksi, sementara block-lattice tidak. Oleh karena itu block-lattice memiliki prospek cerah sebagai teknologi masa depan mata uang kripto yang ramah lingkungan.

Salah satu mata uang kripto berteknologi block-lattice adalah Nano (XNO). Berbeda dengan Bitcoin, proses transaksi Nano hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit. Setiap transaksi ditangani secara individual, "blok" hanya berisi data yang menjelaskan transfer yang ada, proses validasi juga lebih cepat berkat model dPoS.

Apa Perbedaan PoS dan PoW?

PoW (Proof-of-Work) adalah mekanisme kerja mata uang kripto berteknologi blockchain seperti Bitcoin yang membutuhkan sejumlah besar komputasi untuk menghasilkan satu token. Semakin besar komputasi semakin besar energi yang digunakan.

Sementara PoS (Proof-of-Stake) adalah mekanisme kerja mata uang kripto berteknologi block-lattice seperti Nano menggunakan energi yang jauh lebih sedikit sehingga tidak memerlukan mining.

Ethereum, salah satu mata uang digital berbasis blokchain yang banyak di cari para penambang. pixabay/Peter Patel

Baca Juga: Single Terbaru, Ini Harapan Rossa pada Terlalu Berharap

Ethereum (ETH) salah satu mata uang kripto terbesar berencana untuk mengeluarkan Ethereum 2.0 sebelum Juni 2022 yang akan mengadopsi mekanisme PoS.

Sebenarnya Vitalik Buterin, Founder Ethereum, sudah sejak lama ingin membuat mata uang kripto lebih ramah lingkungan dan berencana melakukan transisi dari PoW ke PoS. Akan tetapi pada 2019 ia berubah pikiran.

Menurutnya, daripada merubah mekanisme Ethereum lebih baik membuat Ethereum 2.0 dengan sistem yang berbeda.***

 
 

 

 

 

 

 

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: Medium LeafScore

Tags

Terkini

Terpopuler