POSJAKUT – Uni Eropa telah bergantung pada gas alam Rusia selama beberapa dekade terakhir. Invasi Ukraina pada Februari lalu mendorong negara-negara Eropa menghentikan kerjasama mereka dengan Rusia termasuk kegiatan ekspor-impor.
Bulan Maret lalu, Uni Eropa berencana untuk mencari alternatif sumber daya tersebut, salah satunya dengan Israel.
Rabu, 15 Juni 2022, perjanjian gas alam trilateral akhirnya ditandatangani di Kairo oleh Mesir, Irael, dan Uni Eropa.
Dengan perjanjian tersebut Israel akan meningkatkan ekspor gas alamnya melalui pipa-pipa yang sudah ada ke pelabuhan-pelabuhan Mesir untuk diberi tekanan dan dicairkan, kemudian diangkut ke Eropa.
“Ini akan berkontribusi pada ketahanan energi kita. Dan kami sedang membangun infrastruktur yang cocok untuk energi terbarukan — energi masa depan,” kata Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, dilansir dari The Washington Post.
Impor gas alam Rusia ke Uni Eropa diakumulasikan mencapai sekitar 45 persen pada 2021, menurut laporan IEA (International Energy Agency).
Sementara itu, Mesir telah mencapai swasembada gas alam sejak tahun 2018 dan menjadikan posisinya yang berada di ambang pintu Eropa sebagai penyuplai gas alam cair terbesar di Eropa.
Keputusan Eropa untuk menjalin kerjasama dengan Mesir tentu pilihan tepat. Berdasarkan bessasrnya angka produksi dan pembangunan kilang-kilang baru, gas alam Mesir diperkirakan akan meningkat hingga 7,5 juta ton di akhir tahun fiskal 2021/2022.
Artikel Rekomendasi