POSJAKUT - Pemerintah Inggris dituduh memperdagangkan orang layaknya barang setelah meluncurkan rencana kontroversial untuk mengirim pencari suaka dengan tiket sekali jalan sejauh 6.000 km ke Rwanda di timur Afrika.
Kamis, 14 April 2022, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan dalam pidatonya bahwa siapa pun yang telah memasuki Inggris secara tidak teratur sejak awal tahun dapat dipindahkan ke negara di Afrika tengah-timur.
“Belas kasih kami mungkin tak terbatas tetapi kapasitas kami untuk membantu orang tidak,” katanya di Kent, sebuah kabupaten di tenggara Inggris yang merupakan titik panas bagi para pengungsi dan migran yang melintasi Selat Inggris.
Johnson mengatakan ribuan pengungsi dapat diangkut selama bertahun-tahun di bawah skema tersebut, yang menurutnya, akan menyelamatkan banyak nyawa dan menekan angka penyelundup manusia.
Banyak yang tidak setuju dengan rencana ini. Kelompok hak asasi dan organisasi pengungsi dengan cepat mengecam apa yang mereka sebut sebagai rencana "kejam", "tidak manusiawi" dan "neo-kolonial".
“Ini benar-benar mengejutkan dan tidak manusiawi,” kata Steve Valdez-Symonds, direktur program hak-hak pengungsi dan migran di Amnesty International UK.
“Rencananya tidak akan mengurangi jumlah pengungsi. Ini akan menimbulkan kekejaman dalam jumlah besar dan memicu didirikannya rute pengungsi yang lebih berbahaya, ”kata Valdez-Symonds, dilansir dari Al Jazeera.***
Baca Juga: Polisi Israel Menerobos Masjid Al-Aqsa, Puluhan Warga Palestina Terluka
Artikel Rekomendasi