Rusia Tak Butuh Hubungan Diplomatik dengan Negara-negara Barat, Mantan Pejabat Rusia Bilang Begini

- 27 Februari 2022, 19:30 WIB
Delegasi Rusia menunggu hingga pukul 15.00 waktu setempat untuk pembicaraan dengan pihak Ukraina.
Delegasi Rusia menunggu hingga pukul 15.00 waktu setempat untuk pembicaraan dengan pihak Ukraina. /Tangkap layar dari video RT

POSJAKUT -- Rusia sebenarnya tak membutuhkan hubungan diplomatik dengan Barat.

Hal itu diungkap mantan pejabat tinggi keamanan Rusia yang menilai usai Barat menjatuhkan sanksi pada Moskow, Rusia memang tak perlu bantuan negara-negara Barat.

Apapun yang terjadi sebagai komsekuensi operasi militer Rusia di Ukraina, kata Dmitry Medvedev, saatnya memgunci negara.

Bahkan Medvedev, menulis di media sosial, bahwa saat ini  sudah waktunya untuk "menggembok kedutaan."

Baca Juga: Abramovich Terpaksa Lepas Chelsea Menyusul Invasi Rusia

Dia mengatakan Moskow akan melanjutkan operasinya di Ukraina sampai mencapai tujuan yang ditentukan oleh Presiden Vladimir Putin.

Medvedev membuat komentar di halaman terverifikasinya di jejaring sosial Rusia VK.

Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Putin dan pemimpin lain Rusia.

Sementara itu Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan mundurnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dapat menghentikan serangan Rusia.

Baca Juga: Invasi Rusia Ternyata Pernah Tayang sebagai Lelucon di Salah Satu Episode The Simpsons tahun 1998!

Serangan Rusia atas Ukraina akan berhenti saat Rusia berhasil menurunkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

"Tujuan awal Rusia menyerang Ukraina adalah dalam melaksanakan pakta pertahanan dengan dua republik yang berpisah dari Ukraina setelah dua republik diakui oleh Rusia pada tanggal 22 Februari lalu,” kata Hikmahanto Juwana.

Namun saat ini, lanjut dia, Rusia telah menyerang Ibu Kota Ukraina, Kiev dengan tujuan utama Presiden Zalenskiy akan menyerahkan diri atau ditangkap.

Ia mengatakan modus ini mirip dengan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam upaya menurunkan Saddam Hussein sebagai Presiden Irak.***

Editor: Fenty Ruchyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x