POSJAKUT - Dalam beberapa tahun terakhir, industri teknologi di Indonesia bertumbuh pesat. Selain itu jumlah perusahaan teknologi yang telah terdaftar di bursa efek luar negeri bertambah banyak tiap waktunya.
Konsumsi digital yang melonjak membuat saham sektor teknologi menjadi incaran para investor, baik dalam negeri maupun asing.
Tentunya hal ini didorong dengan lahirnya banyak perusahaan rintisan atau startup. Pada tahun 2018, tercatat lebih dari 2000 startup aktif di Indonesia, setengahnya berada di Jakarta dan sisanya di daerah suburban.
Baca Juga: Wow, Kepulauan Seribu Gandeng Swasta Kembangkan Budidaya Lobster, Bagaimana Potensi Ekspornya?
Menurut laporan Bain & Company, akumulasi nilai total penjualan kotor (GMV) ekonomi digital di Indonesia naik pesat dari $40 miliar USD pada 2019 ke $70 miliar USD pada 2021 lalu.
Berdasarkan grafik di atas, GMV ekonomi digital di Indonesia secara eksponensial diprediksi akan mencapai angka $147 miliar USD dengan pertumbuhan bunga majemuk hingga 20 persen.
Adaptasi digital selama pandemi covid juga menjadi faktor peningkatan GMV di Indonesia yang mengalami percepatan, dilansir dari Stockbit.
Saat ini porsi nilai investasi startup di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sejak tahun 2017 dengan persentase 42% per 2021.
Baca Juga: Masyarakat Diminta Manfaatkan Aplikasi PLN Mobile untuk Informasi Kelistrikan
Walaupun memimpin nilai modal terbesar di Asia Tenggara, porsi jumlah investasi startup di Indonesia masih kalah dengan Singapura, menurut laporan SE Asia tech Investment oleh Cento Ventures pada 27 April 2022.
Dilansir dari databoks, pada tahun 2021, porsi jumlah investasi startup Tanah Air hanya sebesar 24%. Sedangkan persentase jumlah investasi startup di Singapura yakni sebanyak 40%.
Sementara itu Singapura dan Filipina kini terus memperluas pangsa pasar mereka secara berkala, menjadi tantangan besar bagi startup di Indonesia.***
Artikel Rekomendasi